PENDUGAAN DAMPAK LINGKUNGAN

Proses pendugaan dampak lingkungan melibatkan beberapa aktivitas, yaitu:
(1). Pemahaman terhadap landasan legal dan persyaratan prosedural bagi proses pendugaan
(2). Deskrispsi rona lingkungan tempat berlangsungnya kegiatan/proyek. Variabel pendugaan dampak mengacu kepada karakteristik lingkungan yang digunakan untuk mendeskripsikan rona lingkungan awal dan karakteristik lingkungan yang akan terkena dampak.
(3). Pendugaan dampak. Besarnya dampak dari setiap alternatif kegiatan proyek dievaluasi terhadap masing-masing variabel lingkungan harus diduga dan diinterpretasi.
(4). Mengagregasikan informasi dampak akibat dari setiap alternatif kegiatan proyek. Berdasarkan informasi agregat ini, sambil mempertimbangkan aspek teknis dan ekonomis, dilakukan pemilihan alternatif kegiatan proyek.
(5). Penyiapan laporan pendugaan dampak lingkungan yang menjelaskan prosedur dan temuan-temuan yang diperoleh.

Pemilihan dan penggunaan variabel pendugaan dampak yang tepat menjadi komponen penting dari proses pendugaan dampak lingkungan. Variabel-variabel tersebut mencerminkan ciri-ciri penting dari aktivitas-aktivitas yang melibatkan deskripsi rona lingkungan, penilaian dan pendugaan dampak, dan pemilihan kegiatan proyek. Dalam kaitannya dengan variabel-variabel tersebut, “karakteristik lingkungan” dapat dibagi menjadi fisiko-kimia, biologi, estetika, dan sosial-ekonomi. Misalnya variabel pendugaan dampak akibat Proyek Pembangunan Sumberdaya Air, dapat dikelompokkan menjadi kualitas lingkungan, kesejahteraan sosial, dan pengembangan wilayah. Kualitas lingkungan berkenaan dengan lingkungan alami dan meliputi variabel fisiko-kimia, biologis, dan estetika; kesejahteraan sosial dan pengembangan wilayah diarahkan kepada lingkungan buatan, dan variabel-variabel sosial-ekonomi.
Empak kategori variabel pendugaan dampak adalah terrestrial, akuatik, udara dan human-interface. Kategori terrestrial dan akuatik mencakup variabel fisiko-kimia dan biologis; kategori udara meliputi variabel fisiko-kimia; dan kategori human-interface meliputi variabel estetika sesuai dengan sumberdaya noise, sejarah dan arkheologis.
Untuk setiap variabel pendugaan dampak, disajikan informasi mengenai “DEFINISI”, pengukuran & pengamatan yang diperlukan untuk menyusun dan menetapkan rona awal; dan penilaian serta pendugaan dampak. Kurva fungsional juga disajikan untuk banyak variabel pendugaan dampak. Kurva fungsional ini menyajikan hubungan empiris antara hasil pengukuran obyektif variabel pendugaan dampak dengan hasil evaluasi subyektif (baik hingga jelek) variabel rona lingkungan. Hasil pengukuran obyektif digunakan sebagai sumbu-X , sedangkan indeks kualitas subyektif sebagai sumbu-Y. Indeks kualitas disajikan dengan sekala 0.0 hingga 1.0; dimana 0.0 menyatakan kualitas rendah atau kondisi lingkungan jelek/buruk dan 1.0 menyatakan kualitas lingkungan yang baik atau kondisi lingkungan yang diperlukan/diinginkan.

KATEGORI: UDARA

SUB-KATEGORI: KUALITAS

VARIABEL : KARBON MONOKSIDA (CO).

DEFINISI DAN PENGUKURAN KONDISI AWAL:
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa, yang terbentuk oleh pembakaran bahan bakar berkarbon. Gas ini perupakan polutan udara yang tersebar luas dan paling lazim dijumpai. Atas dasar tonasenya, total emisi CO ke dalam atmosfer melebihi total dari semua polutan udara lainnya. Mayoritas CO atmosferik dihasilkan oleh proses pembakaran yang tidak sempurna bahan berkarbon yang digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, penghangat ruangan dan industri. Baku mutu udara ambient juga mencantumkan gas CO. Dampak buruk terhadap kesehatan telah diamati terjadi pada konsentrasi CO sebesar 12 - 17 mg/M3 selama delapan jam. Baku mutu udara ambient (USA) untuk CO adalah:
Konsentrasi maksimum dalam 8 jam tidak melebihi sekali setahun = 10 mg/m3 atau 9 ppm
Konsentrasi maksimum dalam satu jam tidak melebihi sekali setahun = 40 mg/m3 atau 35 ppm
Konsentrasi CO dapat diukur secara kontinyu dengan menggu-nakan teknik spektroskop infra-merah non-dispersif.


PENDUGAAN DAMPAK

Sumber utama gas CO adalah emisi kendaraan bermotor, termasuk mobil dan peralatan bermesin lainnya. Untuk mengukur peubah ini dalam kondisi lingkungan yang ada, tim interdisiplin harus mengumpulkan informasi yang ada tentang konsentrasi CO di lokasi proyek, demikian juga data tentang inventarisasi emisi CO di daerah sekitarnya. Konsentrasi CO yang ada dapat dibandingkan dengan baku mutu udara ambient yang diberlakukan.
Pendugaan dampak akan melibatkan pertimbangan-pertimbangan kontribusi potensial proyek terhadap emisi regional untuk gas CO. Hal ini lazim disebut sebagai pendugaan dampak sekala-meso. Faktor emisi CO untuk kendaraan bermotor dan aktivitas pembukaan lahan dapat digunakan. Kontribusi proyek terhadap emisi regioanl dapat dinyatakan dalam bentuk persentase, dan kurva fungsional berikut ini dapat dipakai. Harus juga dipertimbangkan kemungkinan timbulnya gas CO dari pertumbuhan sekunder di lokasi proyek, termasuk pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri.
Kalau peningkatan emisi regional CO melebihi 5%, atau kalau konsentrasi CO yang ada dalam atmosfer adalah marginal dalam kaitannya dnegan baku mutu udara, maka harus dilakukan perhitungan khusus konsentrasi CO di permukaan tanah (ground-level). Hal seperti ini lazim disebut dengan “pendugaan dampak sekala mikro”. Persamaan difusi atmosferik telah tersedia dari berbagai sumber ilmiah, termasuk Turner (1969).
Konsentrasi ground-level yang dihitung pada kondisi meteorologis “worst” harus dibandingkan dengan baku mutu udara ambient. Kurva fungsional untuk pendugaan dampak sekala mikro disajikan berikut ini. Bentuk kurva fungsional tersebut disebabkan oleh fakta bahwa karboksi-haemoglobin terbentuk dalam darah dengan kecepatannya merupakan fungsi dari konsentrasi CO. Biasanya dianggap merupakan respon yang reversibel-sempurna, hingga terjadi efek yang membahayakan kesehatan (sekitar 10 ppm) kurva fungsional hampir datar. Pada tingkat konsentrasi toksik (sekitar 40 ppm) kurva akan menurun drastis.


KURVA FUNGSIONAL


INDEKS Kualitas

1.0


0.67

A
0.33 B

C
0.00



0 2.5 5.0
Peningkatan emisi regional (%)

A = Laporan pendugaan dampak meso-scale
B = Laporan pendugaan dampak meso-scale, memperhatikan pelaksanaan pendugaan dampak meso-scale
C = Laporan pendugaan dampak meso-scale, melaksanakan pendugaan dampak meso-scale


Indeks Kualitas

1.0


0.8


0.6



0.4


0.2


0.0
0 10 20 30 40 50
Konsentrasi satu jam (ppm)



PERHATIAN KHUSUS
Aplikasi konsep meso-scale harus didasarkan pada pembahasan dengan BAPEDALDA. Pendugaan dampak meso-scale mungkin tidak diperlukan untuk kebanyakan proyek-proyek pembangunan sumberdaya air.



SUB-KATEGORI: KUALITAS

VARIABEL : HIDRO-KARBON

DEFINISI DAN PENGUKURAN KONDISI AWAL:
Hidrokarbon menunjukkan beberapa tipe senyawa organik yang dilepaskan dari sumber-sumber alamiah dan buatan manusia. Emisi kendaraan bermotor hampir separo dari kompleks campuran hidrokarbon yang dilepaskan ke atmosfer; dan hidrokarbon sisanya berasia dari sumber alamiah seperti tumbuhan darat dan vegetasi hutan. Komponen-komponen khusus dari campuran hidrokarbon adalah methan, ethane, propane, dan turunan dari senyawa-senyawa organik alifatif dan aromatik lainnya. Hidrokarbon sangat penting terutama karena mereka dapat bereaksi dengan oksida-oksida nitrogen membentuk oksidan foto-kimia (smog). Efek langsung keberadaan hidrokarbon dalam atmosfer hanya terjadi kalau konsentrasinya tinggi (sekitar 1000 ppm atau lebih), konsentrasi tinggi ini akan mengakibatkan gangguan pada penyerapan oksigen. Efek dari pembentukan oksidan fotokimia terjadi pada konsentrasi yang lebih rendah; misalnya, hidrokarbon non-methan pada 200 mikrogram per meter kubik (atau 0.30 ppm) selama TIGA jam (pukul 06.00 - 09.00), konsentrasi oksidan fotokimia hingga 200 Ug/m3 (0.10 ppm) dapat mengakibatkan gangguan 2-4 jam kemudian dan bertahan selama satu jam. Oksidan fotokimia pada 130 mg/m3 selama satu jam secara rata-rata telah mengganggu penampilan para atlit. Baku mutu udara ambien dari pemerintah Federal USA untuk hidrokarbon adalah sbb:
Konsentrasi maksimum selama tiga jam (06.00 - 09.00) tidak lebih sekali dalam setahun = 160 mg/m3 atau 0.24 ppm.
Hidroharbon dapat diukur secara semi-kontinyu dengan menggunakan teknik gas kromatografi.


PENDUGAAN DAMPAK

Sumber utama hidrokarbon dalam hubungannya dengan proyek sumberdaya air adalah emisi dari lalulintas kendaraan bermotor, termasuk otomobil dan peralatan mesin konstruksi. Untuk mengukur peubah ini dalam kondisi lingkungan yang ada maka timinterdisiplin harus menghimpun informasi yang ada tentang konsnetrasi hidrokarbon di lokasi proyek, serta mengikhtisarkan data catatan emisi polutan ini di sekitar lokasi. Konsentrasi hidrokarbon yang ada dapat dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien yang berlaku di daerah dan yang diberlakukan oleh pemerintah Pusat. Pendugaan dampak akan mempertimbangkan kontribusi proyek terhadap emisi hidrokarbon regional. Hal seperti ini disebut pendugaan dampak sekala meso. Faktor emisi hidrokarbon untuk kendaraan bermotor dan aktivitas pembukaan lahan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan. Kontribusi proyek terhadap emisi regional dapat dinyatakan sebagai persentase, dan kurva fungsional di bawha ini dapat digunakan. Harus dipertimbangkan pula hidroharbon yang dihasilkan oleh pertumbuhan sekunder di lokasi proyek, termasuk peningkatan populasi penduduk dan perkembangna industri.
Kalau persentase peningkatan emisi hidrokarbon regional lebih dari 5% , atau kalau konsentrasi hidrokarbon dalam atmosfer telah mendekati baku mutu udara ambient , maka harus dilakukan perhitungan khusus konsentrasi hidrokarbon di permukaan tanah. Hal seperti ini lazimnya disebut pendugaan dampak sekala mikro. Model persamaan difusi atmosferik telah tersedia di berbagai referensi ilmiah, termasuk Turner (1969). Hasil perhitungan konsentrasi hidrokarbon atmosfer di permukaan tanah pada kondisi meteorologis “worst” harus dibandingkan dengan baku mutu udara ambient.
Kurva fungsional untuk pendugaan dampak sekala mikro disajikan di bawah ini (Battelle Environmental Evaluation Systems, 1972). Bentuk kurva fungsional berhubungan dengan derajat sampai dimana peningkatan produksi smog. Kualitas lingkungan menurun dengan cepat kalau kondisinya mendekati pembentukan smog (0.15 ppm hingga 0.25 ppm selama 3 jam secara rata-rata). Dalam kisaran ini akan terjadi penurunan kualitas lingkungan secara tajam. Di atas konsentrasi hidrokarbon 0.25 ppm , kurva fungsional akan mendatar secara gradual hingga dampak marjinal akibat peningkatan konsentrasi hidrokarbon sangat kecil.




PERHATIAN KHUSUS

Aplikasi konsep sekala-meso harus berdasarkan pada pembahasan dengan kantor BAPEDAL. Pendugaan dampak sekala meso lazimnya tidak diperlukan pada kebanyakan proyek pembangunan sumberdaya air.

KURVA FUNGSIONAL (Sekala meso)

INDEKS Kualitas

1.0


0.67

A
0.33 B

C
0.00

0 2.5 5.0

Peningkatan emisi regional (%)


A = Laporan pendugaan dampak meso-scale
B = Laporan pendugaan dampak meso-scale, memperhatikan pelaksanaan pendugaan dampak meso-scale
C = Laporan pendugaan dampak meso-scale, melaksanakan pendugaan dampak meso-scale



Kurva fungsional (Sekala mikro)

Indeks Kualitas

1.0


0.8


0.6



0.4


0.2


0.0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

Rataan tiga jam (06.00 - 09.00) (ppm)



SUB-KATEGORI: KUALITAS

VARIABEL : OKSIDA NITROGEN (NOx)

DEFINISI DAN PENGUKURAN KONDISI AWAL:
Oksida nitrogen bersama dengan hidrokarbon merupakan komponen kimia pokok dalam reaksi fotokimia yang mengakibatkan pembentukan oksidan fotokimia (smog). Berbagai jenis oksida nitrogen dapat terbentuk dalam atmosfer, termasuk oksida nitrat (NO), nitrogen dioksida (NO2), dan nitrous oksida (N2O). Istilah oksida nitrogen digunakan untuk menyatakan konsentrasi komposit atmosferik dari semua bentuk oksida nitrogen. Sumber utama oksida nitrogen dalam atmosfer adalah pembakaran suhu tinggi berbagai macam bahan bakar, dimana kendaraan bermotor menyumbangkan bagian terbesar dari semua emisi oksida nitrogen. Dampak buruk kesehatan terjadi kalau konsentrasi atmosferik 118 - 156 mg/m3, selama 24 jam rata-rata enam bulan, pada saat mana terjadi gangguan bronkhitis akut pada bayi dan anak-anak sekolah. Baku mutu udara ambient untuk oksida nitrogen adalah sbb:

Rataan tahunan = 100 mg/m3 atau 0.05 ppm
Oksida nitrogen dapat diukur dengan menggunakan teknik sampling gas-absorption dan prosedur kolorimetrik untuk analisisnya.


PENDUGAAN DAMPAK

Sumber utama oksida nitrogen dalam hubungannya dengna proyek pembangunan (sumberdaya air) adalah emisi dari kendaraan bermotor , termasuk otomobil dan peralatan konstruksi. Untuk mengukur peubah ini, di lingkungan yang ada, tim interdisiplin harus menghimpun informasi tentang konsentrasi oksida nitrogen di lokasi proyek, serta mengikhtisarkan data emisi di sekitar lokasi. Konsentrasi oksida nitrogen yang ada dibandingkan dengan baku mutu udara yang berlaku. Pendugaan dampak akan mempertimbangkan kontribusi proyek tehadap emisi oksida nitrogen regional. Hal seperti ini disebut pendugaan dampak sekala meso. Faktor emisi oksida nitrogen untuk kendaraan bermotor dan aktivitas pembukaan lahan dapat digunakan sebagai referensi. Kontribusi proyek terhadap emisi regional dapat dinyatakan sebgaai persentase, dan kurva fungsional di bawah ini dapat digunakan. Harus juga dipertimbangkan oksida nitrogen yang mungkin dihasilkan dari pertumbuhan sekunder di daerah proyek, termasuk pertambahan penduduk dan perkembangan industri.
Kalau persentase peningkatan emisi oksida nitrogen regional lebih dari 5% , atau kalau konsentrasi atmosferik telah mendekati batas ambang baku mutu udara, maka harus dilakukan perhitungan khusus konsentrasi oksida nitrogen di permukaan tanah. Hal seperti ini lazim disebut pendugaan dampak sekala mikro.
Kurva fungsional untuk pendugaan dampak sekala mikro disajikan berikut ini. Kurva ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada umumnya konsentrasi oksida nitrogen di bawah 0.05 ppm (secara rata-rata) tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Ekspose dengan konsentrasi yang lebih tinggi dapat menimbulkan gangguan respirasi/pernafasan akut. Pada konsentrasi yang lebih tinggi dari yang lazim terjadi dalam udara ambient (sekitar 0.05 ppm), oksida nitrogen dapat berfungsi sebagai agen toksik dan kurva fungsional mencerminkan penurunan kualitas lingkungan.

KURVA FUNGSIONAL (Pendugaan sekala meso)

INDEKS Kualitas

1.0

0.67

A
0.33 B

C

0.00
0 2.5 5.0
Peningkatan emisi regional (%)
A = Laporan pendugaan dampak meso-scale
B = Laporan pendugaan dampak meso-scale, memperhatikan pelaksanaan pendugaan dampak meso-scale
C = Laporan pendugaan dampak meso-scale, melaksanakan pendugaan dampak meso-scale
Kurva fungsional: Pendugaan dampak sekala mikro.

Indeks Kualitas

1.0


0.8


0.6



0.4


0.2


0.0

0 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25
Rataan tahunan (ppm)


PERHATIAN KHUSUS
Aplikasi konsep sekala meso harus didasarkan pada pembahasan dengan BAPEDAL. Pendugaan dampak sekala mikro lazimnya tidak diperlukan dalam kebanyakan proyek pembangunan sumberdaya air.


SUB-KATEGORI: KUALITAS

VARIABEL : PARTIKULAT

DEFINISI DAN PENGUKURAN KONDISI AWAL
Partikulat adalah partikel padatan dan cairan halus yang tersuspensi dalam udara ambient. Ukuran diameternya berkisar 0.01 mikron hingga 100 mikron. Partikulat dalam atmosfer dapat bersumber dari alamiah dan sumber buatan. Hembusan angin berdebu alamiah menyediakan konsnetrasi partikulat “background”, sedangkan sumber-sumber buatan termasuk aktivitas konstruksi dan proses-proses industri. Dampak buruk kesehatan akibat partikulat dalam atmosfer telah diketahui untuk konsentrasi rataan tahunan 80 mg/m3. Partikulat dapat mengakibatkan gangguan bronkhitis, gangguan emphysema dan penyakit kardiovaskuler. Partikulat juga dapat menimbulkan masalah visibilitas yang serius. Bangunan logam dan baja dapat mengalami korosi akibat dari ekspose terhadap partikulat dan kelembaban udara. Baku mutu udara ambient pemerintah Federal USA untuk partikulat adalah sbb:

Baku mutu protektif primer untuk kesehatan publik:
Rataan geometrik tahunan = 75 mg/m3
Konsentrasi maksimum 24 jam tidak lebih sekali dalam setahun = 260 mg/m3.
Baku mutu protektif sekunder untuk kesejahteraan publik:
Rataan geometrik tahunan = 40 mg/m3
Konsentrasi maks 24 jam tidak lebih sekali dlm setahun = 15 mg/m3.

Total partikulat tersuspensi dapat diukur dengan menggunakan alat sampler high-volume dan analisis gravimetrik material yang tersaring.


PENDUGAAN DAMPAK:
Sumber utama partikulat dalam kaitannya dengan proyek (pembangunan sumberdaya air) adalah emisi dari pembukaan lahan dan aktivitas konstruksi lainnya. Untuk mengukur peubah ini dalam kondisi lingkungan yang ada, tim interdisiplin harus menghimpun informasi tentang konsentrasi partikulat di lokasi proyek, serta mengikhtisarkan data inventory emisi di sekitarnya. Konsentrasi partikulat yang ada dapat dibandingkan dengan baku mutu udara ambient yang berlaku. Pendugaan dampak akan mempertimbangkan kontribusi potensial dari proyek terhadap inventori emisi partikulat secara regional. Hal seperti ini lazimnya disebut pendugaan dampak sekala meso. Faktor emisi partikulat untuk aktivitas pembukaan lahan dan aktivitas konstruksi lainnya dapat digunakan, karena keduanya ada dalam “Air Pollution Emission Factors” (1973). Kontribusi proyek terhadap inventory emisi partikulat dapat dinyatakan dalam persentase, dan kurva fungsional berikut ini dapat digunakan. Harus juga dipertimbangkan partikulat yang mungkin berasal dari pertumbuhan skeunder di lokasi proyek, termasuk pertambahan penduduk dan perkembangan industri.
Kalau persentas epeningkatan inventory emisi regional lebih dari 5%, atau kalau konsnetrasi partikulat yang telah ada dalam atmosfer mendekati baku mutu udara, maka harus dilakukan perhitungan khusus terhadap konsentrasi partikulat di permukaan tanah. Hal seperti ini lazimnya disebut pendugaan dampak sekala mikro. Persamaan difusi atmosferik telah tersedia di berbagai referensi ilmiah, termasuk Turner (1969). Konsentrasi partikulat di permukaan tanah dlaam kondisi cuaca “worst” harus dibandingkan dengan baku mutu udara ambient yang berlaku. Kurva fungsional untuk pendugaan sekala mikro didasarkan pada kenyataan bahwa efek partikulat terhadap kualitas lingkungan berkisar dari problematik visibilitas hingga gangguan kesehatan. Penurunan visibilitas terjadi pada konsentrasi serendah 25 mg/m3. Kalau konsentrasi partikulat meningkat hingga sekitar 200 mg/m3 , kesehatan manusia mulai terganggu. Konsentrasi ini semuanya menyatakan rata-rata selama 24 jam. Konsentrasi partikulat kurang dari 25 mg/m3 dianggap tidak penting bagi kualitas lingkungan karena mereka akan menjadi inti konsensasi pembentukan titik-titik kabut dan awan.

KURVA FUNGSIONAL: SEKALA MESO

A = Laporan pendugaan dampak meso-scale
B = Laporan pendugaan dampak meso-scale, memperhatikan pelaksanaan pendugaan dampak meso-scale
C = Laporan pendugaan dampak meso-scale, melaksanakan pendugaan dampak meso-scale



INDEKS Kualitas

1.0


0.67

A
0.33 B

C
0.00

0 2.5 5.0

Peningkatan emisi regional (%)

Kurva Fungsional: Sekala Mikro

Indeks Kualitas

1.0


0.8


0.6



0.4


0.2

Rataan 24 jam ( m g/m3)
0.0
0 100 200 300 400 500

PERHATIAN KHUSUS
Penerapan konsep sekala meso harus didasarkan pada pembahasan dengan kantor BAPEDAL, Pendugaan dampak sekala mikro diperlukan selama masa konstruksi proyek.


SUB-KATEGORI: KUALITAS

VARIABEL : FAKTOR DIFUSI

DEFINISI DAN PENGUKURAN KONDISI AWAL
Faktor difusi merupakan istilah-umum yang digunakan untuk mendeskripsikan potensi dispersi atmosferik di suatu daerah. Parameter yang dapat berfungsi sebagai indikator bagi kemampuan difusi/dispersi adalah episode-day. Suatu episode-day dapat didefinisikan menurut “mixing height”, rataan kecepatan angin dalam lapisan pencampuran, derajat presipitasi, dan periode waktu persistensi. Holzworth (1972) menyediakan informasi yang bagus mengenai episode-day di USA. Telah berhasil dipetakan ISOPLETH total banyaknya episode-day dalam liuma tahun dengan mixing-height sama dengan atau kurang dari 500 m, dengan kecepatan angin sama atau kurang dari 4 m per detik, dan tidak ada hujan selama dua hari terakhir.

PENDUGAAN DAMPAK:
Pengukuran peubah ini akan melibatkan penggunaan peta ISOPLETH yang menunjukkan episode-day. Perkiraan harus dilakukan utnuk mengetahui banyaknya episode-day yang terjadi di daerah proyek dan sekitarnya selama periode lima tahun. Pendugaan dampak proyek terhadap jumlah epiosde-day akan melibatkan pertimbangan kualitatif apakah peribahan klimatologis potensial seperti peningkatan lembab nisbi akan menyebabkan kondisi cuaca berubah secara drastis untuk dapat meningkatkan jumlah episode-day (memperendah potensi dispersi atmosferik).

KURVA FUNGSIONAL

INDEKS Kualitas

1.0

0.75


0.50

0.25

0.00

0 5 25 50 100
Episode-hari dalam periode lima tahun

A = Laporan pendugaan dampak meso-scale
B = Laporan pendugaan dampak meso-scale, memperhatikan pelaksanaan pendugaan dampak meso-scale
C = Laporan pendugaan dampak meso-scale, melaksanakan pendugaan dampak meso-scale

0 komentar:

Posting Komentar